Mother Teresa dari Kalkuta
12 Mei 2025

Mother Teresa dari Kalkuta

Kehidupan Awal

Mother Teresa, yang diberi nama Agnes Gonxha Bojaxhiu saat lahir, lahir pada 26 Agustus 1910 di Skopje, sekarang ibu kota Republik Makedonia Utara. Ia adalah anak bungsu dari pasangan keturunan Albania, Nikola dan Dranafile Bojaxhiu. Keluarganya cukup berada dan ayahnya adalah pedagang sukses dan seorang aktivis politik.

Kehidupan Agnes muda berubah drastis ketika ayahnya meninggal secara mendadak pada tahun 1919. Setelah kematian ayahnya, ibunya membesarkan Agnes dan saudara-saudaranya sendiri. Dranafile, ibunya, adalah seorang wanita religius yang secara aktif terlibat dalam gereja lokal. Ia menanamkan pada anak-anaknya nilai-nilai iman yang kuat, belas kasih, dan pelayanan kepada orang lain.

Agnes menghadiri sekolah dasar lokal dan menjadi sangat aktif dalam komunitas gereja katolik lokal. Ia bergabung dengan kelompok pemuda katolik yang disebut Sodality of the Blessed Virgin Mary dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung spiritualitasnya. Pada usia 12 tahun, ia merasakan panggilan pertama untuk kehidupan religius dan memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan.

Panggilan untuk Menjadi Biarawati

Pada usia 18 tahun, Agnes meninggalkan rumahnya dan bergabung dengan Sisters of Loreto, komunitas Irlandia dari biarawati dengan misi di India. Ia tidak pernah melihat ibunya atau saudara-saudaranya lagi. Ia melakukan perjalanan ke Irlandia untuk belajar bahasa Inggris, dan pada tahun 1929, ia tiba di India. Di sana ia memulai novisiatnya dan mengambil nama Sister Mary Teresa menurut St. Thérèse dari Lisieux.

Pada 24 Mei 1931, ia mengucapkan kaul pertamanya sebagai biarawati Loreto. Ia kemudian dikirim ke Convent of Loreto di Entally, Calcutta, di mana ia mengajar di St. Mary's High School untuk anak perempuan. Pada tahun 1937, ia mengucapkan kaul finalnya, mengambil nama "Teresa" sesuai dengan St. Thérèse dari Lisieux.

Sister Teresa mengajar di St. Mary's selama hampir dua dekade, menjadi kepala sekolah pada tahun 1944. Meskipun ia puas dengan pekerjaannya, ia semakin terganggu oleh kemiskinan yang merajalela di Calcutta, terutama setelah kelaparan Bengal tahun 1943 dan kerusuhan komunal tahun 1946.

Panggilan dalam Panggilan

Pada 10 September 1946, saat dalam perjalanan kereta api ke Darjeeling untuk retret tahunan, Sister Teresa mengalami apa yang ia sebut sebagai "panggilan dalam panggilan." Ia merasakan Kristus mengatakan kepadanya untuk meninggalkan posisi pengajarannya dan bekerja di daerah kumuh Calcutta untuk melayani "yang termiskin dari yang miskin."

Diperlukan waktu hampir dua tahun untuk mendapatkan izin meninggalkan Loreto dan memulai misinya. Pada Agustus 1948, dengan restu Vatikan, ia menanggalkan jubah Loreto dan mengenakan sari katun putih sederhana dengan pinggiran biru. Ia mengadopsi kewarganegaraan India dan menghabiskan beberapa bulan dengan Sisters of the Medical Mission di Patna untuk pelatihan medis dasar.

Pada 21 Desember 1948, ia memasuki daerah kumuh Calcutta untuk pertama kalinya sebagai seorang biarawati. Ia memulai pelayanannya tanpa dana, hanya mengandalkan Providensi Ilahi. Ia mulai dengan membuka sekolah untuk anak-anak daerah kumuh dan segera mulai merawat penderita kusta dan orang sakit serta sekarat lainnya.

Misionaris Cinta Kasih

Pada bulan Oktober 1950, Mother Teresa mendapatkan izin untuk mendirikan kongregasi baru, Missionaries of Charity (Misionaris Cinta Kasih). Tujuan utamanya adalah untuk "merawat—orang sakit dan sekarat, orang miskin dan tak berumah, anak yatim piatu dan orang-orang yang tidak seorangpun peduli."

Kongregasi ini mulai sebagai komunitas kecil dengan 13 anggota di Calcutta, tetapi pada saat kematiannya, telah tumbuh menjadi satu komunitas global dengan lebih dari 4.000 biarawati menjalankan hampir 600 misi, sekolah, dan penampungan di 123 negara. Selain Misionaris Cinta Kasih biarawati, Mother Teresa juga mendirikan cabang untuk saudara laki-laki, cabang kontemplatif untuk biarawati dan saudara laki-laki, serta kongregasi imam. Ia juga membentuk Co-Workers of Mother Teresa dan Lay Missionaries of Charity.

Pekerjaan yang dilakukan Misionaris Cinta Kasih meliputi menjalankan rumah bagi orang-orang sekarat dan penderita AIDS, rumah untuk luka kusta, klinik rawat jalan, program konseling keluarga, panti asuhan, dan sekolah. Pekerjaan mereka telah memenuhi kebutuhan ribuan orang dari semua iman. Mother Teresa tidak pernah menolak merawat seseorang karena agama mereka. Ia bersikeras bahwa bantuannya haruslah bebas dan tanpa prasangka.

Pengakuan Internasional

Pekerjaan Mother Teresa mulai menarik perhatian internasional pada tahun 1960-an, sebagian berkat dokumenter "Something Beautiful for God" oleh Malcolm Muggeridge. Ia menerima banyak penghargaan dan pengakuan untuk karyanya, termasuk penghargaan Ramon Magsaysay Peace Prize (1962), Pope John XXIII Peace Prize (1971), Nehru Prize (1972), dan Templeton Prize (1973).

Namun, penghargaan paling terkenal yang ia terima adalah Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1979. Saat menerima penghargaan tersebut, ia menolak banquet seremonial tradisional dan meminta agar dana $192.000 digunakan untuk "membantu orang miskin di dunia." Saat upacara penganugerahan, ia mengenakan sari putih-biru yang sama dengan yang ia kenakan saat bekerja di jalanan.

Mother Teresa terus menerima berbagai penghargaan dan pengakuan selama sisa hidupnya, termasuk Order of Merit dari Ratu Elizabeth II dan Penghargaan Pembebasan AS Medali Kebebasan Sipil pada tahun 1985. Pada tahun 1983, Paus Yohanes Paulus II, yang memiliki hubungan dekat dengan Mother Teresa, memberikan Benemerenti Medal kepadanya.

Iman dan "Malam Gelap Jiwa"

Meskipun masyarakat mengenal Mother Teresa sebagai sosok spiritualitas yang luar biasa, setelah kematiannya, banyak suratnya diterbitkan yang mengungkapkan bahwa ia mengalami krisis iman dan "malam gelap jiwa" untuk sebagian besar hidupnya setelah 1948. Ia merasa bahwa ia tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya meskipun ia terus memberikan hidupnya bagi orang miskin dan menderita.

Pengakuan yang sangat terbuka ini tentang perjuangan spiritualnya memberikan dimensi baru pada figurnya. Banyak teolog dan penulis spiritual melihat pengalaman ini sebagai paralel yang kuat dengan St. John of the Cross, yang menulis puisi dan refleksi spiritual tentang "malam gelap jiwa." Bahkan dalam perjuangan batinnya, Mother Teresa terus bekerja tanpa lelah seperti yang dipercaya sebagai panggilan Tuhan baginya.

Tahun-Tahun Terakhir dan Warisan

Sejak akhir 1980-an, Mother Teresa mengalami masalah kesehatan yang serius. Ia mengalami serangan jantung pada tahun 1983 dan pada tahun 1989, ia menderita serangan jantung kedua. Pada 1991, setelah terkena pneumonia saat di Meksiko, ia mengalami masalah jantung lebih lanjut. Meskipun ia berusaha untuk melepaskan posisinya sebagai pemimpin Misionaris Cinta Kasih, para biarawati dari ordonya memilihnya kembali.

Pada Maret 1997, Mother Teresa memberkati penggantinya sebagai Pemimpin Misionaris Cinta Kasih, Sister Mary Nirmala Joshi. Mother Teresa meninggal pada tanggal 5 September 1997, pada usia 87 tahun. Tubuhnya diberikan penghormatan negara oleh Pemerintah India dan upacara pemakamannya dihadiri oleh perwakilan dari lebih dari 100 negara.

Proses beatifikasi Mother Teresa dimulai pada tahun 1999, hanya dua tahun setelah kematiannya, setelah pengangkatan istimewa aturan lima tahun biasanya untuk memulai proses kanonikal oleh Paus Yohanes Paulus II. Ia dibeatifikasi pada Oktober 2003 sebagai "Beata Teresa dari Calcutta" setelah pengakuan keajaiban pertama: kesembuhan tumor di perut seorang wanita India. Pada 4 September 2016, ia dikanonisasi (dinyatakan sebagai santa) oleh Paus Francis sebagai "Santa Teresa dari Calcutta" setelah pengakuan keajaiban kedua.

Warisan Mother Teresa tetap hidup melalui komunitas Misionaris Cinta Kasih yang terus melayani "yang termiskin dari yang miskin" di seluruh dunia. Kehidupannya menjadi simbol pelayanan umat manusia, belas kasih, dan pengorbanan diri, dan inspirasinya terus mendorong orang untuk melayani yang paling rentan di masyarakat kita.

Kata-Kata Inspiratif Mother Teresa

  • "Jika kamu tidak dapat memberi makan seratus orang, maka berilah makan satu orang."
  • "Kita tidak dapat semua melakukan hal besar. Tapi kita dapat melakukan hal kecil dengan cinta yang besar."
  • "Penyebar cinta harus menjadi api cinta, terang cinta."
  • "Hidup ini tidak untuk diri kita sendiri, tetapi untuk orang lain."
  • "Jika kamu menghakimi orang, kamu tidak punya waktu untuk mencintai mereka."
  • "Kita tidak pernah tahu berapa banyak kebaikan yang dapat dilakukan oleh satu tindakan sederhana."
  • "Jangan pernah biarkan siapa pun datang kepada Anda tanpa pergi dengan merasa lebih bahagia."

Artikel atau doa ini dapat disalin dan disebarluaskan dengan syarat mencantumkan sumber artikel dari www.doa-katolik.com

Share this article

Artikel atau doa ini dapat disalin dan disebarluaskan dengan syarat mencantumkan sumber artikel dari www.doa-katolik.com

Share this article